Rabu, 22 Juli 2009

GHUROBAA' YAA GHUROBAA'

Oleh : al-faqiir

Dalam Khotbah Jum’at di Masjid Baiturrohim

Made-Lamongan

Lamongan, 12 Juni 2009 M.

18 J. Akhir 1430 H.

GHUROBAA’ YAA GHUROBAA’

Satu-satunya Generasi yang Selamat di Tengah Bejatnya sebuah Zaman

اَلْحَمْدُ ِللهِ, اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ وَ فَّقَهُ فِى دِيْنِهِ مَنِ اصْطَفَاهُ مِنَ الْعِبَادِ, وَوَفَّقَهُ الْعُلُوْمَ الشَّرْعِيَّةَ فَقَامَ اِلَى سَبِيْلِ الرَّشَادِ, وَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ شَهَادَةً تُصْلِحُ الْقَلْبَ وَاْلأَعْمَالَ مِنْ سُوْءِ الْخَلْقِ وَالزَّمَانِ. وَ أَشْهَدُ أّنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُبِيْنَ مَا نَزَلَ اِلَى جَمِيْعِ اْلإِنْسَانِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ إِمَامِ اْلأَنْبِيَاءِ وَتَاجِ اْلأَصْفِياءِ, وَعَلَى آلِهِ وَاصْحَابِهِ وَاَوْلاَدِهِ وَازْوَاجِهِ.

أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا أَيُّهَا اْلإِخْوَةِ الْمُسْلِمُوْنَ ! إِنِّى اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ وَخَشْيَتِهِ, حُذُوْا مَا أَمَرَكُمْ وَاجْتَنِبُوْا مَا نَهَاكُمْ عَنْهُ تَكُوْنُوْا مِنْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ, فَقَدْ أَمَرَ اللهُ تَعَالَى نَبِـيَّهُ وَاُمَّـتَهُ بِأَنْ يَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ. قَالَ تَعَالَى: قُلْ إِنِّيْ أُمِرْتُ أَنْ اَعْبُدَ اللهَ مَخْلِصًا لَهُ الدِّيْنَ . (الزمر: 11)


أَيُّهَااْلإِخْوَةِ

Dengan silih bergantinya siang dan malam di sepanjang zaman, usia kita terus berkurang mendekati batas ajal yang sudah ditentukan. Sementara itu bekal taqwa kita masih selalu butuh diperbarui dan dikristalkan agar dalam menyelesaikan sisa-sisa perjalanan hidup yang semakin terjal ini dapat kita lalui dengan selamat sampai pada tujuan, sebagaimana pesan Nabi Muhammad SAW kepada sahabat Abi Dzarrin al-Ghifary :

يَا اَبَا ذَرٍّ: جَدِّدِ السَّفِـيْنَةُ فَإِنَّ الْبَحْرَ عَمِيْقٌ. الحديث

“(Wahai Abi Dzarrin !) Perbaruilah bahteramu, sebab (kamu mengarungi) lautan (hidup) yang cukup dalam (penuh resiko dan melelahkan).”

Taqwa dan amal sholih menika kados sebuah kapal, ia harus siap diterpa badai dan topan di saat melaju mengarungi lautan yang dalam. Menawi boten, kapal tersebut akan tenggelam dan hancur berantakan. Keranten punika, mengetrapkan taqwa itu belum cukup hanya secara redaksional saja, yaitu :

إِمْـتِـثَالُ اْلأَوَامِرِ وَاجْتِنَابُ الزَّوَاجِرِ.

Artinya: “Menunaikan segala perintah dan menjauhi segala hal-hal yang tercela.”

Melainkan sebagai bentuknya, kitho kedhah saged andadosaken syari’at Islam sebagai way of life / pedoman dalam setiap langkah kehidupan kitho. Terutami di tengah keruwetan masyarakat dunia dengan segala bentuk kemerosotan akhlaqnya, tanpa disadari, banyak orang yang mengaku sebagai orang Islam, justru malu untuk menerapkan ajaran Islam.

- Dalam sebuah permasalahan hidup jika ada seseorang yang mengaitkan dan mengikuti aturan agama Islam sebagai qiblatnya, dianggap sok ulama’ / sok ngyai. Sebaliknya, jika mengikuti konsep-konsep atau sistem yang dihasilkan oleh Negara-negara Barat / Yahudi, justru itu yang dianggap modern.

- Menawi wonten seseorang yang berbusana menutup aurot, dan takut bergaul dengan lain mahrom, dianggap sok nyantri dan ketinggalan zaman. Sebaliknya, jika ada orang berpakaian minim mengumbar aurot, sebagaimana dampak negatif kemajuan teknologi seperti TV dan internet, dengan segala bentuk pergaulan bebasnya, justru itu yang dianggap gaul dan modern.

استغفر الله العظيم !

Poro Hadlirin Sidang Jum’at ingkang dimulya’aken dhening Allah,

Di tengah zaman jahiliyyah modern seperti saat ini, di mana banyak orang-orang semakin menjauh dari nilai-nilai ke-Islaman, dengan berbuat kerusakan dan kema’siatan di sana sini, maka, berpegang teguh pada ajaran agama, adalah sebuah hal yang mutlak harus dilaksanakan, meskipun kathah rintangan di hadapan, yang oleh Nabi Muhammad saw, diibaratkan laksana menggenggam sebuah bara api. Dan amatlah langka seseorang yang sanggup melakukannya, padahal justru itulah jalan satu-satunya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Diriwayataken dhening Imam at-Tirmidzy dalam كتاب الإيمان , bahwa Nabi natih dawuh :

إِنَّ الدِّيْنَ لَيَأْرِزُ إِلَى الْحِجَازِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا وَلْيَعْقِلُنَّ الدِّيْنُ مَعْقِلَ اْلأَرْوِيَةِ مِنْ رَأْسِ الْجَبَلِ ، إِنَّ الدِّيْنَ بَدَأَ غَرِيْباً ، وَيَرْجِعُ غَرِيْباً ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ ، الَّذِيْنَ يَصْلِحُوْنَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ بَعْدِيْ مِنْ سُنَّتِيْ .

“ Sesungguhnya agama itu benar-benar akan berhimpun ke Hijaz seperti ular yang berhimpun ke lubangnya. Agama itu benar-benar akan terikat di Hijaz sebagaimana kambing hutan yang terikay di puncak gunung. Sesungguhnya agama itu berawal dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing. Maka kebahagiaanlah bagi orang-orang yang asing, yakni mereka yang berbuat baik selagi manusia berbuat kerusakan sesudahku, dengan menyimpang dari sunnahku. “


أَيُّهَااْلإِخْوَةِ

Islam boten namung diyakini kebenarannya secara kosong tanpa jiwa, dan juga bukan sekedar kerohanian yang hanya mengatur sikap mental manusia terhadap Allah semata. Namung, kitho kedhah saged andadosaken nilai-nilai syari’at Islam sebagai ‘way of life’ atau jalan hidup kita dalam segala persoalan-persoalan kehidupan.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا ادْخُلُوْ فِالسِّلْمِ كَآفَّةً الآية (الْبَقَرَةُ: 208)

Artosipun: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan ..” (Q.S. 2: 208)

Islam sebagai jalan hidup ini, merupakan bentuk implementasi / pelaksanaan terhadap ikrar kita dalam sholat, yaitu :

... إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِىْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ( اْلأَنْعَامُ : 162 )

“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata demi Allah, Tuhan Semesta Alam.” (Q.S. 6: 162)

Sehubungan dengan ayat tersebut, seorang ahli tafsir yang cukup terkenal, yaitu Imam Ibnu Katsir berkata :

وَهُوَ أَنَّهُمْ أُمِرُوْا كُلُّهُمْ أَنْ يَعْمَلُوْا بِجَمِيْعِ شُعْبِ اْلإِيْمَانِ وَشَرَائِعِ اْلإِسْلاَمِ

Artinya: “Firman Allah tersebut (dimaksudkan) bahwa mereka (orang-orang yang beriman) seluruhnya diperintah untuk mengamalkan seluruh cabang-cabang iman dan tatanan syari’at-syari’at Islam.”

Di sinilah keterkaitan kita dengan hukum syar’iy, di samping keterikatan kita oleh hukum kausalitas / sebab-akibat dan hukum alam. Dari persoalan cara berbusana, imam sholat sampai kepada imam rakyat / kepala negara dibahas dalam Islam dan menjadi dasar penting dalam kehidupan beragama dan bernegara. Sehubungan dengan masalah busana, misalnya, konon Pangeran Diponegoro selalu mengenakan sorban dan jubah meskipun beliau belum pernah menunaikan ibadah haji. Hal itu karena kecintaanya kepada sunnah nabi. Beliau tidak menganggap busana tersebut sebagai pakaian adat bangsa Arab semata-mata (seperti anggapan sementara orang), tapi lebih dari itu, busana tersebut juga memiliki nilai yang sakral, sebab termasuk sunnah Rasul yang patut ditiru. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Ghozaly dalam kitab “Ihyaa ‘ulumud-din”-nya, mencuplik hadits Bukhoriy-Muslim, yakni :

كَانَ رَسُوْلُ اللهُ ص.م يَلْبَسُ مِنَ الثِّيَابِ مَا وُجِدَ مِنْ إِزَارٍ اَوْرِ دَاءٍ اَوْ قَمِيْصٍ اَوْجُبَّةٍ اَوْ غَيْرِ ذَالِكَ . (رَوَاهُ الْبُخَرِى وَمُسْلِمٌ)

Artinya: “Konon Rasulullah SAW memakai busana (yang ditemui) berupa sarung, sorban, gamis, jubah atau lain sebagainya.” . (HR. Bukhari – Muslim)

Selain punika, hal-hal ingkang berkaitan kaliyan keimanan, ubudiyah dan kemanusiaan, masalah hak dan kekuasaan serta seluruh persoalan yang berhubungan dengan kehidupan duniawi maupun ukhrowi; sedayanipun sampun diatur secara jelas dalam ajaran hukum Islam. Dan bagi kita sebagai seorang Muslim, kedhah sekuat tenaga soho istiqomah untuk mengamalkannya sehinggo saged andadosaken kitho mencapai ke-sae-nan, kesejahteraan soho ketentraman di alam dunyo ingkang fana ini, tur ugi kebahagiaan di alam baka nanti. Hukum Islam-lah satu-satunya hukum yang secara rasional diprediksi nantinya sebagai finalis oleh beberapa ahli hukum Barat, karena ia memiliki pusat kekuatan istimewa di arena percaturan politik dunia, sementara ideologi komunis sudah rapuh, dan kaum Kapitalisme tidak sedikit mengambil alih dari undang-undang syari’at Islam. Demikianlah pernyataan para ahli hukum mereka, dan pada akhirnya, tampaklah kebesaran makna sabda Nabi :

اَلْإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى عَلَيْهِ .

Artinya: “Islam itu tinggi (luhur) dan tidak ada yang bisa menandingi ketinggiannya.”

Demikian sekilas realita silih bergantinya tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh Islam. Semoga bermanfaat, Allahumma aamiin.



إِنَّ الْمُعْجِزَةَ الْخَالِدَةَ وَالْحُجَّةَ الْبَالِغَةَ هِيَ اَيَاتُ اللهِ الشَّرِيْفَةُ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَالْعَصْرِ إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِىْ خُسْرٍ إِلاَّ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. بَارَكَ الله ُلِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَرَزَقَنِىْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ إِنَّهُ هُوَ الرَّءُوْفُ الرَّحِيْمُ .


اَلْخُطْبَةُ الثًّانِيَّةُ :

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَحْسَنَ تَدْبِيْرَ اْلكَائِنَاتِ وَبَـيَّنَ سَبِيْلَ الرَّشَادِ وَالضَّلاَلاَتِ وَأَعَانَ عَلَى الطَّاعَاتِ وَاْلأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ شَهَادَةً تَعْرِضِ الْقَلْبَ عَنِ الْبَاطِلاَتِ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُؤَيَّدُ بِأَفْضَلِ اْلأَيَاتِ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ . ذَوِى الْمُعْجِرَاتِ الْبَاهِرَاتِ . وَعَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ صَلاَةً تَتَوَلَّى مَمَرِّ اْلأَوْقَاتِ.

فَيَا أَيُّهَا الْمُعْتَكِفُوْنَ – أَثَابَكُمُ اللهُ – اِتَّقُوْا اللهُ وَتَمَسَّكُوْا بِهٰذِهِ الشَّرِيْعَةِ الْخَالِدَةِ تَكُوْنُوْا مِنْ اُولِى الدَّرَجَاتِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ , كَمَا قَالَ تَعاَلَى : وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٍ مِمَّا عَمِلُوْا – اْلأَيَةَ, فَسُبْحَانَ مَنْ فَضَّلَ لَنَا بِالْعِلْمِ وَأَنْوَاعِ اْلأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ .

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَّ باَرِكْ لَنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَ وَثَمِّمْ أَعْمَالَنَا فِىْ مُدَّةِ حَيَاتِنَا بِمَرْضَاتِكَ وَثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ. اَللَّهُمَّ سَلِّمْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ باْلإِعْتِبَارِ وَاْلإِسْتِبْصَارِ وَاْلإِتِّعَاظِ وَاْلأَذْكَارِ. فَاعْتَبِرُوْا. تَكُوْنُوْا مِنْ اُوْلِى اْلأَبْصَارِ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبِكُمُ اللهُ الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ . وَاللهُ يَعْلَمُ مَاتَصْنَعُوْنَ .

»»  READMORE...