Rabu, 06 Mei 2009

ARTI LAMBANG PePeTeGe


ARTI LAMBANG

PADA

LOGO PONPES. TANFIRUL GHOYYI




1. BINTANG 9

Mengisyaratkan 9 tokoh sentral, yaitu Rasulullah SAW, 4 Sahabat serta 4 Madzhab. Ini melambangkan faham salaf ala Ahlissunnah Wal - Jama’ah.


2. 4 ( EMPAT ) KITAB

Mengisyaratkan Al - Qur’an, Al - Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Melambangkan kehidupan beragama ala madzhab Syafi’i.


3. AL - QUR’AN TERBUKA BERTULISKAN SURAT IQRA’

Melambangkan bangkitnya kesadaran akan pentingnya berilmu dan berpendidikan.


4. DUA SAYAP

Melambangkan cita - cita yang luhur.


5. OBOR

Melambangkan Cahaya Keilmuan yang mampu menerangi gelapnya ke-jahiliyah-an.


6. JAGAT MAYAPADA

Melambangkan ketaatan beragama dan pusat aktifitas yang manfaat.

»»  READMORE...

Selasa, 05 Mei 2009

SEJARAH PONDOK PESANTREN "TANFIRUL GHOYYI"

KILAS PERJUANGAN

PONPES. “TANFIRUL GHOYYI”

Groyok-Sukorejo-Lamongan-Jawa Timur


ALAMAT:

JL. SUNAN GIRI GG. PONDOK NO. 1,

GROYOK-SUKOREJO-LAMONGAN







MUQADDIMAH

Pondok Pesantren Tanfirul Ghoyyi awal mulanya hanyalah sebuah majlis ta’lim/kelompok kajian yang masih belum memiliki nama yang pelajarannya lebih ditekankan pada kajian baca Al-Qur’an dengan visi “Memberantas Buta Huruf Al-Qur’an Dan Meluruskan Bacaan Sesuai Dengan Ilmu Tajwid Yang Benar”. Majlis Ta’lim ini dirintis oleh seorang Tokoh Ulama’ Legendaris Lamongan yakni Alm. Almaghfurlah K.H. Mastur Asnawi (wafat tahun 1982 dan dimakamkan di dalam komplek Masjid Agung Lamongan, sebab beliau juga merupakan Nadhir sekaligus Pendiri Masjid Agung Lamongan). Majlis Ta’lim ini bertempat di dalam sebuah Musholla Panggung sebagai tempat utama kajian; berlokasi di Jl. Kyai Amin, Lamongan. Dan sampai sekarang kondisi Musholla tersebut masih ada hingga sekarang.


Anak-cucu Alm. Almaghfurlah K.H. Mastur Asnawi sangat banyak, di antaranya, Muhaiminah Arifin, cucu beliau. Muhaiminah Arifin yang berkelahiran di Lamongan (yang pernah berguru ke Ponpes. Langitan, Widang-Tuban asuhan K.H Abdul Hadi Zahid (alm), dan pernah ke Ponpes. Al - Hidayat, Lasem - Rembang - Jateng asuhan K.H Mashum Ahmad (alm). Seusai mengenyam pendidikan, Muhaiminah Arifin menikah dengan Su’udy Karim, yang berkelahiran di Kepanjen - Malang - Jawa Timur. Su’udy Karim beberapa kali mengenyam pendidikan pesantren, diantaranya ke Ponpes. Darul - Ulum, Rejoso-Peterongan-Jombang saat diasuh oleh K.H Musta’in Romli Tamim (alm). Juga pernah berguru ke Ponpes. Al-Hidayat, Lasem-Rembang-Jateng asuhan K.H Mashum Ahmad (alm).

Usai Muhaiminah Arifin sudah menikah dan menetap di rumah, maka Alm. Almaghfurlah K.H. Mastur Asnawi mengutusnya untuk membantu perjuangan da’wah pendidikannya. Bertempat di Jl. Kyai Amin, Kenduruan-Lamongan. Kyai Su’udy Karim disertai istrinya, Nyai Muhaiminah Arifin, menjadikan majlis ta’lim tersebut semakin berkembang. Mulai frase anak-anak hingga remaja, Kyai Su’udy sekalian mengasuh para santri tidak hanya mengajarkan al-Qur’an saja, melainkan juga ilmu-ilmu ke-Islaman lainnya.

Beberapa waktu kemudian, Kyai Su’udy sekeluarga hijrah ke Jl. Sunan Kalijogo, Ngaglik-Lamongan. Dengan ikut mema’murkan sebuah Musholla di Jl. Sunan Kalijogo, Ngaglik-Lamongan (musholla tersebut hingga sekarang masih ada), Kyai Su’udy sekalian membentuk kembali majlis ta’lim sebagaimana yang ada di Kenduruan. Di Ngaglik tersebut, majlis ta’lim tersebut dikembangkan menjadi sebuah pondok pesantren dengan nama Pondok Pesantren “Tanfirul Ghoyyi”. Sedangkan majlis ta’lim yang ada di Kenduruan, diteruskan oleh saudara-saudara Nyai Muhaiminah Arifin. Usai beberapa waktu bertempat di Ngaglik tersebut, akhirnya Kyai Su’udy sekeluarga hijrah lagi ke Jl. Sunan Giri Gang Jambu, Groyok-Lamongan.

Saat di Groyok-Lamongan, majlis ta’lim beserta kediaman, menempati sebuah tanah-rumah dengan status WAQOF dari BPK. H. ZUHRI / lebih dikenal dengan nama H. DJURI (aghniya’ dermawan di Lamongan saat itu). Kyai Su’udy baru yang sudah berjalan entuk dan diasuh oleh kyai Dengan disertai istrinya,

Didirikan tepat tanggal 2 Dzulqo’dah 1399 H/23September 1979 M, Pondok Pesantren “Tanfirul Ghoyyi” bertujuan untuk mencetak ilmuwan muslim yang shalih, serta memiliki skill dalam menjalankan tugas kekhalifahannya dengan penuh tanggung jawab dan berwibawa. Dan untuk meningkatkan kualitas pesantren, sehingga seorang anak didik/santri dapat diharapkan lebih manfaat dan berbobot mutunya, maka pengelolannya berkisar pada 2 (sistem), yakni formal dan non formal. Hal ini merupakan implementasi dari motto pesantren yakni:

“ al-muhafadhah ‘ala al-qadim ash-ashalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah “

(mempertahankan nilai-nilai tradisi lama yang bagus, serta mengadopsi nilai-nilai tradisi baru yang lebih bagus)

Frase demi frase pengembangan terus dilakukan demi mencapai kemajuan. Setelah awalnya hanya sebuah majlis ta’lim al-Qur’an saja yang dikelola, maka akhirnya kini Pondok Pesantren “Tanfirul Ghoyyi” merupakan sebuan institusi pendidikan yang bersifat sosial-religius, telah memiliki unit-unit lembaga pendidikan di dalamnya. Di antaranya:


1. MADRASAH TAHFIDH

Dikhususkan untuk membentuk kader-kader hafidh dan qori’ah yang bermutu dan sanggup memelihara, menghayati dan mengaplikasikan isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari - hari.


2. MADRASAH DINIYAH

Merupakan kajian ilmu-ilmu agama (tauhid, fiqh, bahasa dan tashawuf) dengan menggunakan literatur kitab-kitab klasik (karya ulama salaf) dan kitab-kitab modern (karya ulama khalaf).


3. MAJLIS TA’LIM WAL-MUJAHADAH

Yakni suatu kajian ilmu agama dan kemasyarakatan serta ilmu dzikir yang dikhusukan untuk masyarakat di luar pesantren.


4. TK/TP AL-QUR’AN

Merupakan kajian ilmu baca tulis Al-Qur’an dan wawasan dasar keIslaman bagi tingkat dini/anak-anak.


5. SMP ISLAM “TANFIRUL GHOYYI” (SMI)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat serta bersifat global yang berdampak pada tuntutan, tantangan dan kebutuhan masyarakat yang demikian komplek diawali millenium ke-3 mengharuskan Pesantren melakukan perubahan dan perkembangan secara cepat, terus menerus dan berkesinambungan. Sebagai wujud kepekaan Keluarga Besar Pondok Pesantren “Tanfirul Ghoyyi” terhadap hal tersebut, maka tepat pada T.A. 2007-2008, didirikanlah Sekolah Menengah Pertama Islam (SMI) “Tanfirul Ghoyyi”. Gedung SMI berlokasi di Jl. Raya Sunan Giri No. 29 (depan pintu gapura gang Pondok), Groyok-Lamongan. SMI merupakan Islamic Boarding School (sistem pendidikan modern berbasic islam berasrama) menyajikan kolaborasi antara kurikulum Diknas, Pesantren Salafi dan Kajian Khusus Ulumul Qur’an dengan mengedepankan akhlaqul karimah.




6. TAMAN PENDIDIKAN - MAJLIS TA’LIM WAT-TARBIYAH AL-QUR’AN ( TP - MTQ )

“ TANFIRUL GHOYYI II “ (Unit Made-Lamongan)




Sebagai salah satu bentuk pengabdian Ponpes. “Tanfirul Ghoyyi” ke ummat dengan satu niat utama, yakni men-syiar-kan ajaran Islam, maka tepat pada hari Jum’at, 07 Maret 2008 M. / 29 Shafar 1429 H., dengan sambutan Iftitah/Pembuka oleh Ibu Nyai Hj. Muhaiminah Arifin, maka dimulailah sebuah Forum Kajian Keagamaan di Jl. Raya Made Kampung No. 88, Made-Lamongan. Dengan diasuh oleh salah satu putra K.H. Su’udy Karim, yakni Hadziq Ubaidil Barr beserta istri, Ellyanah Sudarma, Forum Kajian tersebut diikuti oleh kader-kader muslim dari yang masih berusia dini (pra TK) sampai remaja-remaja seusia SMA. Dengan mengedepankan Asas Islam Ahlissunnah wal-Jamaah, Forum Kajian tersebut tidak membedakan class social masyarakat. Baik dari golongan Nahdlatul Ulama’, Muhammadiyyah dan lain-lain ; baik dari golongan ekonomi masyarakat berada/mampu sampai yang dlu’afa, bahkan juga dari kalangan Faqir Miskin & Yatim Piatu, semua dididik dengan sama. Forum tersebut mengkaji ilmu-ilmu keagamaan, baik dari al-Qur’an, Fiqh, Akhlaq, Tauhid, Sastra Arab dan lain-lain. Maka dari itu, tak salah juga jika Forum Kajian tersebut disebut juga dengan TP-MTQ “TANFIRUL GHOYYI II” Unit Made-Lamongan. Sistem pengajaran tidak ubahnya yang ada di Ponpes. Tanfirul Ghoyyi, Groyok-Lamongan. Namun sebuah kendala kini mulai muncul. Setelah sekitar satu tahun berjalan, santri-santri yang berminat untuk mengikuti kajian tersebut semakin banyak. Dalam kurun setahun (tanpa proses promosi, melainkan calon santri sendiri yang menyatakan keinginan untuk mengikutinya), kini jumlah santri mencapai sekitar 65-an lebih anak & remaja. Dengan tempat belajar yang masih bersatatus KONTRAKAN TERBATAS, maka demi efektifitas proses belajar mengajar (juga karena satu alasan yang utama, yakni karena tempat terbatas), maka dibuat 4 Marhalah/Kelas. Dalam proses kegiatan TP/MTQ tersebut juga melibatkan asatidz/dewan pendidik yang merupakan ustadz sumbangan dari Pondok Pesantren "Tanfirul Ghoyyi" di Groyok-Sukorejo-Lamongan, sebagai bentuk pengabdian masyarakat.




»»  READMORE...